Minggu, 28 Februari 2016
KATA - KATA TERINDAH: MENDALI TERAKHIRNYA
KATA - KATA TERINDAH: MENDALI TERAKHIRNYA: MENDALI TERAKHIRNYA Siang itu angin bertiup kencang dan tak tentu arah, awan mendung datang hingga langit meneteskan air hujan seakan m...
Jumat, 26 Februari 2016
Kata Kata Romantis 2015
Cinta itu sangatlah sederhana, cukup hanya ada aku dan kamu. Dan kita akan selalu bersama
Aku tidak bisa menjanjikan sebuah perasaan, tapi aku akan selalu menjanjikan sebuah kesetiaan
Hatiku kan selalu ku jaga hanya untuk dirimu, dan tidak akan pernah aku membiarkan orang lain datang dan mengusiknya. Karena hanya cukup dirimu yang ada dihatiku.
Aku akan selalu berusaha ada disetiap kamu membutuhkan aku, karna setiap detik yang aku punya, sangat berharga buat kamu.
Suatu saat cahaya hatiku mulai meredup, dan kamu bisa membuatnya terang kembali, karena kasih sayangmu lah yang mampu jadi lenteranya.
Mata tidak akan pernah salah untuk melihat, dan begitupun dengan hati, yang tiada pernah salah untuk merasakan. Di setiap waktu aku melihat dirimu, aku bahagia, dan hanya kamu yang bisa membuat diriku bahagia.
Kau yang setiap saat mengajari aku kesabaran, dan kau juga yang selalu mengingatkanku agar menjaga hati, karena memang hati ini hanya untukmu.
Hadirmu membawa cinta, memberi bahagia, dan juga rasa rindu yang tiada pernah ada akhirnya.
Saat kau belum mampu untuk mengambil keputusan agar tetap bertahan dengan rasa itu, maka bersabarlah, karena cinta yang akan menguatkanmu.
Cuma mereka yang kuat yang sanggup mengucapkan kata maaf, akan tetapi untuk mereka yang sanggup memaafkan yaitu orang yang lebih kuat.
Janganlah engkau menutupi perasaanmu, karena saat mulutmu mampu untuk berkata tidak, namun matamu tidak akan pernah bisa menutupinya.
Aku diciptakan dalam suatu waktu, dan aku dilahirkan untuk mengisi waktu, mencoba memperbaiki diri dalam waktu, dan semua waktu ku hanyalah untuk mencintai dirimu.
Kau seperti hujan dan aku layaknya bumi yang gersang, kau datang dan siram aku dengan tetesan kebahagiaan.
Tuhan.. tolong jagalah dirinya yang saat ini jauh disana, tolong lindungi tiap detik hidup yang ia lewati, dan sayangilah dirinya lebih dari engkau menyayangi diriku.
Seperti hujan yang turun di tanah yang tandus, seperti itulah arti hadirmu dengan cinta dan kasih sayang untuk ku.
Aku sangat mencintaimu, dan aku sangat berharap bahwa kau akan selalu ada dalam setiap jejak kehidupanku. Tetaplah kau disini bersamaku..
Dari kejauhan aku selalu mendo’akan dirimu, do’a yang bukan hanya sekedar kata-kata, melainkan sesuatu yang air matapun tak mampu untuk mengartikannya.
Kedatanganmu membawa angin yang tak memberi dingin, dan ungkapan syairmu selalu meneduhkan, membawa aku pulas dalam senyuman.
Engkau adalah orang yang pertama aku pikirkan saat aku mulai membuka mata, dan orang yang terakhir ku impikan sebelum aku menutup mata.
Jika suatu saat aku kirim KPK untuk datang ke rumahmu, maka jangan takut ya! karena itu adalah Kado Pernikahan Kita. He…he…he
Jika kamu bangun tidur, maka jangan terburu-buru, karena takutnya nanti masih nyangkut di mimpiku.
Andai saja aku bisa, aku ingin mengukir namamu di bintang, agar semua orang tau kalau aku sangat mencintai dirimu.
Kau tidak hanya yang terindah, namun kau juga yang terdalam di hidupku. Maka tidak salah lagi, jika aku memutuskan untuk mencintaimu.
Semoga kata kata romantis buat pacar diatas berguna untuk Anda. Terima kasih!!!
Jumat, 19 Februari 2016
RINYA
RINYA
Entah ada badai apa yang sudah melanda jiwaku sehingga pagi ini terasa sangat sepi. Jeritan mama yang biasanya membangunkan adik, kini tak terdengar lagi setelah tragedi yang menimpa keluarga kami. Sedangkan diskusi antara mama dan papa di meja makan tentang berita hari ini tak terdengar lagi dari kamarku. Sepi…sunyi, aku sekarang hanya sendiri. Sementara, gadis manis yang menabrakku kemarin didepan kelas masih berdiri di depan rumahku sambil memandang kearah kamarku. Senyumnya sangat menarik, dengan bibir merah basah dan wajah setengah pucat. Tapi aku tak boleh membatalkan rencana kemarin yang rusak gara-gara gadis manis itu. Aku tak ingin mereka terus-terusan menyalahkanku karena tidak menang dalam pertandingan itu. Akan kubuktikan kalau aku adalah laki-laki sejati.
Saat aku ingin berangkat ke sekolah, gadis manis itu tersenyum padaku sambil memutar-mutar sebuah buku yang dibawanya. Namun aku tak membalasnya, aku tak ingin jatuh hati padanya. Senyumnya saja sudah membuatku bergetar, bagaimana nanti jika ia mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya yang merah basah? Bisa-bisa nanti aku pingsan. Keberadaanya masih tetap kurasa saat perjalanan menuju sekolah, begitu pula saat aku telah sampai di sekolah. Ia masih tetap berjalan di belakangku saat aku menuju halaman belakang sekolah. Tapi karena keahlianku berlari cepat, dia tak lagi dapat berada di belakangku.
Aku duduk di salah satu batu besar yang berada di halaman belakang sekolah. Dengan penuh hati-hati, kubuka semua penutup obat-obatan itu. Katanya, obat ini sangat manjur. Orang yang meminumnya pasti akan merasa puas dan bahagia. Sebenarnya obat ini berbahaya bagi kesehatanku, tapi ini adalah jalan yang paling baik untuk menghadapi pertandingan besok. Kupandang obat itu lekat-lekat, berharap obat ini akan membantuku. Pelan tapi pasti, kuayunkan tanganku menuju ujung bibirku namun sebuah tangan putih dan halus menamparku “Anjrit!” otomatis tanganku ingin menampar balik si pemilik tangan putih dan halus yang menamparku. Tapi kuurungkan niatku saat melihat wajah manis setengah pucat dengan bibir merah basah dan mata yang terpejam ketakutan. Ya…gadis manis itu menamparku tanpa alasan.
“Ngapain loe disini?” Ternyata ia tak menyerah untuk tetap mengikutiku.
“Kakak sendiri ngapain disini?” tanya gadis manis itu ketus setelah ia membuka matanya.
“Terserah gue dong! Ini kan urusan gue!” kataku pada gadis manis itu keras. Tatapan matanya seperti tatapan mama yang sedang marah.
“Ini kak! Ini pisau buat kakak bunuh diri,” Ia memberikan sebuah pisau padaku lewat tangannya yang dingin.
“Maksud loe?” tanyaku bingung tak mengerti maksudnya.
“Iya…ini ekstasi kan? Dan kakak pingin mati perlahan lewat ekstasi ini, asal kakak tau aja ya, lebih enak mati cepet daripada mati perlahan,” katanya mengambil beberapa butir obat yang kupegang lalu menunjukannya padaku kemudian ia membuangnya ke selokan.
Perkataannya membuatku sadar akan akibat dari perbuatanku tadi. Kutudukan kepalaku lalu duduk tanpa pose di sebuah batu besar, satu per satu air mataku meluncur. Gadis manis itu duduk disampingku sambil memegang pundakku.
“Maafin Rinya ya kak…!” ucapnya lirih dan aku pun jatuh dipelukannya. Kedewasaannya membuatku luluh, aku tak kuasa membendung isak tangisku. Walaupun sebenarnya aku malu bersikap seperti ini, ini bukan sikap seorang laki-laki sejati tapi ini adalah sikap seorang pecundang. Sudah lama aku tak menangis sedalam ini dipelukan seorang gadis. Sepuluh menit telah berlalu, aku tak ingin ia berlama-lama menahan berat badanku, aku bangun dari peluknya.
“Terima kasih!” ucapku lirih setelah bangun dari peluknya.
“Bukankah sesama manusia harus saling membantu! Masa seorang kapten harus berterima kasih sama seorang adik kelas,” kata gadis manis itu menggodaku. Aku tersenyum padanya.
“Hidupku akan berubah setelah aku minum sebutir obat itu. Aku harus memenangkan pertandingan itu, hanya itu jalan yang terbaik,” kataku mengeluarkan seluruh kekesalan yang ada dihatiku.
“Rinya yakin, kakak akan memenangkan pertandingan itu. Di dalam pertandingan tidak ada yang kalah atau pun menang, itu hanya masalah takdir. Takdir kakak masih hidup lebih lama lagi di dunia ini, maka dari itu kakak harus manfaatin hidup sebaik-baiknya. Kasihan kak, sama orang yang sebenernya pingin hidup lebih lama lagi tapi nggak diijinin sama yang diatas!” katanya sambil mengeluarkan air mata “Huk…huk!” batuknya terasa sangat sakit.
“Cita-cita kamu pasti mau jadi psikolog ya?” Aku tersenyum padanya.
“Ya begitulah, tapi Rinya nggak bakal jadi psikolog!” ucapnya dengan mimik orang yang tak punya harapan.
“Kenapa?”
“Enggak papa kok, huk…huk…kalo kakak pasti ingin jadi pemain basket terkenal ya?” katanya sedikit terpatah-patah.
“Aku pingin jadi seseorang yang bisa dibanggain sama orang lain, menurutku itu lebih penting! Oh ya…tadi pagi kamu ngapain berdiri di depan rumahku?” sedikit kuataskan dahiku sambil tersenyum padanya dengan senyum yang paling manis yang aku punya.
“Kemarin, aku liat kakak mau pake obat-obatan itu. Jadi tadi pagi, sebenernya aku mau minta maaf sekaligus nasehatin kakak!”
“Kamu baik banget sih?” kataku sedikit menggodanya
“Biasa kali kak…! Huk…huk…” Sepatah kata darinya selalu saja terpotong oleh batuknya yang semakin menggila. Dan keringatnya pun mulai keluar ditambah bibir yang semakin pucat.
“Kamu sakit ya?” tanyaku menghawatirkan keadaannya.
“Enggak, aku nggak papa…aku pergi dulu ya kak!” pamitnya padaku tetapi dengan cepat aku memegang tangannya yang dingin bertanda aku tetap ingin berada disampingnya.
“Kamu dateng ya ke pertandingan besok!” ucapku lirih bernada romantis dan dia pun hanya tersenyum manis lalu pergi menjauh dari hadapanku. Aku semakin jatuh cinta padanya.
•••
Entah mengapa pagi ini hatiku merasa gundah, rasanya ada salah satu organ tubuhku yang hilang. Tapi bagaimana pun juga aku harus memenangkan pertandingan ini demi Rinya. Bahkan akan kuberikan piala kemenangan itu padanya, dia pasti akan sangat senang.
Mataku selalu mencari keberadaan Rinya saat pertandingan akan dimulai. Tapi…aku tak menemukannya, batang hidungnya tak terlihat diantara banyaknya wanita-wanita yang berteriak. Rinya…dimana dirimu saat ini? Aku membutuhkanmu.
Lawan kali ini terlihat sangat tangguh, optimisku untuk menang semakin melemah ditambah lagi Rinya yang tak kunjung datang. Pertandingan dimulai, saat ditengah pertandingan semangatku hilang. Aku nyaris tak memenangkan pertandingan ini, tapi untung Rinya datang. Dia berdiri dekat pelatih sambil melambaikan tangan untukku, dia tersenyum padaku dengan senyum yang paling manis yang ia miliki. Semangatku tumbuh, dengan pelan tapi pasti kugiring bola ke arah ring lawan dan aku menangkan pertandingan itu.
Pertandingan berakhir dengan skor 2-0, mereka semua bertepuk tangan untukku. Mereka memberiku selamat kecuali Rinya. Keberadaannya tak kudapatkan setelah pertandingan usai.
•••
Seminggu telah berlalu, sejak saat itu aku tak lagi bertemu dengan Rinya. Gadis manis itu hilang seperti di telan bumi. Bahkan sedikit pun aku tak tau kabar tentang dirinya. Bayangan tentang dirinya hilang saat aku melihat sepucuk surat diatas batu yang pernah diduduki Rinya di halaman belakang sekolah.
27 November 2012
Hai kak…ini Rinya. Gimana, Kakak menangin pertandingan itu kan? Selamat ya kak! Rinya yakin kakak bakalan menang. Maaf…Rinya nggak bisa datang ke pertandingan itu. Karena hari itu Rinya harus ke rumah sakit. Inget ya kak, kakak nggak boleh ngelakuin hal bodoh itu lagi. Hidup kakak masih panjang, Rinya nggak mau apa yang terjadi sama Rinya terjadi sama kakak. Dari kecil, Rinya udah sakit kanker darah. Rasanya tu sakit banget kak…entah berapa butir obat dan jarum suntik yang udah masuk ke tubuh Rinya setiap harinya. Semangat ya kak…Rinya yakin, suatu saat nanti kakak bakal jadi orang yang bisa dibanggain sama orang lain. Rinya pamit dulu ya kak…selamat tinggal!
“Ngapain loe disini?” Ternyata ia tak menyerah untuk tetap mengikutiku.
“Kakak sendiri ngapain disini?” tanya gadis manis itu ketus setelah ia membuka matanya.
“Terserah gue dong! Ini kan urusan gue!” kataku pada gadis manis itu keras. Tatapan matanya seperti tatapan mama yang sedang marah.
“Ini kak! Ini pisau buat kakak bunuh diri,” Ia memberikan sebuah pisau padaku lewat tangannya yang dingin.
“Maksud loe?” tanyaku bingung tak mengerti maksudnya.
“Iya…ini ekstasi kan? Dan kakak pingin mati perlahan lewat ekstasi ini, asal kakak tau aja ya, lebih enak mati cepet daripada mati perlahan,” katanya mengambil beberapa butir obat yang kupegang lalu menunjukannya padaku kemudian ia membuangnya ke selokan.
Perkataannya membuatku sadar akan akibat dari perbuatanku tadi. Kutudukan kepalaku lalu duduk tanpa pose di sebuah batu besar, satu per satu air mataku meluncur. Gadis manis itu duduk disampingku sambil memegang pundakku.
“Maafin Rinya ya kak…!” ucapnya lirih dan aku pun jatuh dipelukannya. Kedewasaannya membuatku luluh, aku tak kuasa membendung isak tangisku. Walaupun sebenarnya aku malu bersikap seperti ini, ini bukan sikap seorang laki-laki sejati tapi ini adalah sikap seorang pecundang. Sudah lama aku tak menangis sedalam ini dipelukan seorang gadis. Sepuluh menit telah berlalu, aku tak ingin ia berlama-lama menahan berat badanku, aku bangun dari peluknya.
“Terima kasih!” ucapku lirih setelah bangun dari peluknya.
“Bukankah sesama manusia harus saling membantu! Masa seorang kapten harus berterima kasih sama seorang adik kelas,” kata gadis manis itu menggodaku. Aku tersenyum padanya.
“Hidupku akan berubah setelah aku minum sebutir obat itu. Aku harus memenangkan pertandingan itu, hanya itu jalan yang terbaik,” kataku mengeluarkan seluruh kekesalan yang ada dihatiku.
“Rinya yakin, kakak akan memenangkan pertandingan itu. Di dalam pertandingan tidak ada yang kalah atau pun menang, itu hanya masalah takdir. Takdir kakak masih hidup lebih lama lagi di dunia ini, maka dari itu kakak harus manfaatin hidup sebaik-baiknya. Kasihan kak, sama orang yang sebenernya pingin hidup lebih lama lagi tapi nggak diijinin sama yang diatas!” katanya sambil mengeluarkan air mata “Huk…huk!” batuknya terasa sangat sakit.
“Cita-cita kamu pasti mau jadi psikolog ya?” Aku tersenyum padanya.
“Ya begitulah, tapi Rinya nggak bakal jadi psikolog!” ucapnya dengan mimik orang yang tak punya harapan.
“Kenapa?”
“Enggak papa kok, huk…huk…kalo kakak pasti ingin jadi pemain basket terkenal ya?” katanya sedikit terpatah-patah.
“Aku pingin jadi seseorang yang bisa dibanggain sama orang lain, menurutku itu lebih penting! Oh ya…tadi pagi kamu ngapain berdiri di depan rumahku?” sedikit kuataskan dahiku sambil tersenyum padanya dengan senyum yang paling manis yang aku punya.
“Kemarin, aku liat kakak mau pake obat-obatan itu. Jadi tadi pagi, sebenernya aku mau minta maaf sekaligus nasehatin kakak!”
“Kamu baik banget sih?” kataku sedikit menggodanya
“Biasa kali kak…! Huk…huk…” Sepatah kata darinya selalu saja terpotong oleh batuknya yang semakin menggila. Dan keringatnya pun mulai keluar ditambah bibir yang semakin pucat.
“Kamu sakit ya?” tanyaku menghawatirkan keadaannya.
“Enggak, aku nggak papa…aku pergi dulu ya kak!” pamitnya padaku tetapi dengan cepat aku memegang tangannya yang dingin bertanda aku tetap ingin berada disampingnya.
“Kamu dateng ya ke pertandingan besok!” ucapku lirih bernada romantis dan dia pun hanya tersenyum manis lalu pergi menjauh dari hadapanku. Aku semakin jatuh cinta padanya.
•••
Entah mengapa pagi ini hatiku merasa gundah, rasanya ada salah satu organ tubuhku yang hilang. Tapi bagaimana pun juga aku harus memenangkan pertandingan ini demi Rinya. Bahkan akan kuberikan piala kemenangan itu padanya, dia pasti akan sangat senang.
Mataku selalu mencari keberadaan Rinya saat pertandingan akan dimulai. Tapi…aku tak menemukannya, batang hidungnya tak terlihat diantara banyaknya wanita-wanita yang berteriak. Rinya…dimana dirimu saat ini? Aku membutuhkanmu.
Lawan kali ini terlihat sangat tangguh, optimisku untuk menang semakin melemah ditambah lagi Rinya yang tak kunjung datang. Pertandingan dimulai, saat ditengah pertandingan semangatku hilang. Aku nyaris tak memenangkan pertandingan ini, tapi untung Rinya datang. Dia berdiri dekat pelatih sambil melambaikan tangan untukku, dia tersenyum padaku dengan senyum yang paling manis yang ia miliki. Semangatku tumbuh, dengan pelan tapi pasti kugiring bola ke arah ring lawan dan aku menangkan pertandingan itu.
Pertandingan berakhir dengan skor 2-0, mereka semua bertepuk tangan untukku. Mereka memberiku selamat kecuali Rinya. Keberadaannya tak kudapatkan setelah pertandingan usai.
•••
Seminggu telah berlalu, sejak saat itu aku tak lagi bertemu dengan Rinya. Gadis manis itu hilang seperti di telan bumi. Bahkan sedikit pun aku tak tau kabar tentang dirinya. Bayangan tentang dirinya hilang saat aku melihat sepucuk surat diatas batu yang pernah diduduki Rinya di halaman belakang sekolah.
27 November 2012
Hai kak…ini Rinya. Gimana, Kakak menangin pertandingan itu kan? Selamat ya kak! Rinya yakin kakak bakalan menang. Maaf…Rinya nggak bisa datang ke pertandingan itu. Karena hari itu Rinya harus ke rumah sakit. Inget ya kak, kakak nggak boleh ngelakuin hal bodoh itu lagi. Hidup kakak masih panjang, Rinya nggak mau apa yang terjadi sama Rinya terjadi sama kakak. Dari kecil, Rinya udah sakit kanker darah. Rasanya tu sakit banget kak…entah berapa butir obat dan jarum suntik yang udah masuk ke tubuh Rinya setiap harinya. Semangat ya kak…Rinya yakin, suatu saat nanti kakak bakal jadi orang yang bisa dibanggain sama orang lain. Rinya pamit dulu ya kak…selamat tinggal!
SENYUMLAH, SELAMA TAK PERLU PENJEPIT PIPI
SENYUMLAH, SELAMA TAK PERLU PENJEPIT PIPI
Pagi ini, aku cuma berbaring di ranjangku, mendengar musik dari earphone, dan membiarkan nyamuk-nyamuk berkeliaran menyedot darahku.
Aku mengibaskan air asin yang bocor dari bendungan pelupuk mataku, beberapa kali menimpa tuts keyboard netbookku, kau tahu ? pagi ini aku berhasil membuat rekor 20 status galau per jam, dan sumpah serapah dua meter panjangnya di blog. gila kan !
Ya, segila segala sesuatu yang datang mendadak, lalu menghancurkan kebahagiaanku dalam festival olahraga nasional besok. besok !
"ray !"
Mama mulai lagi ritual ketuk pintu kamar a.k.a cemas padaku. meski malas, aku tak pernah membiarkan wanita lembut itu khawatir berkepanjangan, maka aku pun bangkit, berpaling sebentar dari netbook dan segala macam caci makiku, dan....
Bruk !
Bruk !
Tahukah kau bagaimana rasanya saat tulang ekormu menyentuh ubin dan berbunyi, tuk ! yah..mama langsung menyerbu masuk seperti burung yang di lempar biji jagung, kemudian ia membantu mendudukkan ku dikursi, kursi istimewa untuk orang cacat, kau tahu lah...
"ray, kamu harusnya bilang dong pintunya nggak dikunci, ada yang sakit sayang ?" mama memelukku seperti bayi yang baru saja jatuh dari atas kasur.
Aku lalu melepaskan pelukan mama, " ray enam belas tahun ma..., lagi pula tiga hari terakhir ini rasanya sekujur tubuh ray kaku kayak mayat, jadi biar pun ray jatuh seribu kali, nggak akan membuat ray kesakitan..."
Lagi, aku membuat mama menangis. dihadapannya aku sepertinya kuat, tapi sebenarnya aku karung basah. aku menangis, aku mengeluh dan membawa sumpah serapah pada apapun selain pada mama. pada mama aku tak berani mengeluh, mama sendirian, aku takut ia tak sekuat aku.
Ah, semuanya sejak aku terjun dari lantai tiga sekolahku, tiga hari dimana aku akan mengangkat namaku dan nama sekolahku diajang bulu tangkis nasional tingkat pelajar.
Teman-temanku sesama ekskul bulu tangkis dan teman-teman kelasku, datang kerumahku, bukan untuk memberiku selamat atas terpilihnya aku sebagai perwakilan sekolah diajang itu, tapi untuk memberiku buah-buahan, lalu mengucapkan ' semoga cepat sembuh, tetap semangat ya !' dan mereka pulang dengan sara syukur karena masih diberi kesehatan.
Dan dan saat semuanya begitu suram dalam setiap jengkal utakku, aku bertemu orang aneh yang mulutnya penuh dengan kata-kata penuh cinta, penuh harapan, dan aku mual saat itu.
Yang ku tahu namanya zen, usianya dua puluh tahun, ia seorang motivator dan penulis buku best seller yang mengajak orang semangat hidup bla..bla..bla...aku tak mengerti mengapa ia begitu terkenal, disukai banyak orang ? apa karena ia sempurna punya hidung mancung dan kulit yang putih ? atau karena ia bisa berdiri tegak..?
“berhentilah untuk mencoba membuat ku merasa lebih baik, karena aku takkan lebih baik lagi dari ini !” bentakku padanya suatu kali.
Ia tersenyum, menampakkan lagi wajah malaikat yang sesungguhnya meluluhkan hatiku, “aku nggak pernah mencoba membuatmu lebih baik, bahkan tak juga mencoba membuat orang lain lebih baik, kamu tahu ? aku Cuma bertugas membuat orang tersenyum selama ia tak perlu penjepit pipi..”
Aku tersenyum miris, “kamu pikir ini lucu ?”
Zen diam berpura-pura berfikir, “enggak.”
Sejak itu aku malah lebih sering bersamanya, ia seperti abang yang ada dimana-mana untukku, bahkan nyamuk saja tak pernah muncul saat aku mengharapkannya ?
Sejak aku bertemu abang baruku, aku kembali sekolah meski tak lagi dijuluki bintang bulu tangkis. Tak apalah, zen bilang untuk menjadi bintang aku tak perlu kaki dan tangan yang sempurna, aku cukup punya api yang membara di sini, di dadaku...
“tapi zen, bahkan untuk naik tangga sekolah saja aku merepotkan...”
Dan sejak itu pula aku mulai bisa menerima semuanya dengan lapang dada, aku mulai menyadari seperti yang zen bilang bahwa rayap tak pernah minta di tuntun untuk tahu betapa tanpa sepasang matapun ia bisa membangun sebuah menara.
“tapi zen...tapi zen....tapi zen...” dan semua tapi-tapian itu hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan aku mulai sibuk dengan kegiatan ilmiah disekolah. Aku mulai tak perlu lagi zen bermulut penuh busa untuk menghentikan setiap keluh kesahku.
Suatu kali, saat pulang sekolah zen datang ke rumah ku dan lucunya dia dengan dua penyangga kaki diketiaknya, “hei, zen, apa ini bagian dari semua hal yang kau rencanakan untuk membuat aku senyum tanpa penjepit pipi ?”
Zen tersenyum, “ ini bagian dari hidup...kamu tahu hidup tak pernah berhenti meski sebagian penting darinya tak lagi berfungsi, hem, kamu mengerti..?”
Aku mengangguk lalu tersenyum,”enggak zen, aku nggak ngerti, sekali-kali pake bahasa gaul kek..”
“suatu hari nanti kamu akan mengerti...”.
Ya, sampai dua minggu kemudian dan aku di tugasi Bu mela untuk mengadakan wawancara dengan pasien di rumah sakit blabla. Aku tak pernah mengerti kalimat yang di ucapkan zen saat terakhir kali bertemu denganku, aku tak berusaha mencarinya dan tak juga memohon mohon minta penjelasan kalimatnya itu, tidak ! mungkin dia sibuk, mama bilang ia orang hebat, ia mungkin sibuk !
Sudahlah, jangan-jangan nanti dia tiba-tiba alay dan saat aku memohon-mohon dia malah bilang, ‘mau tahu aja apa mau tahu banget ? kan berabe...
Di rumah sakit blabla, aku nampak benar seperti orang linglung, yah...bingung siapa yang harus ku wawancara, apa aku harus mewawancarai bayi baru lahir dan bertanya, bagaimana rasanya didalam perut ibu ? konyol.
Dan aku putuskan untuk bertanya pada entah siapa, yang duduk dikursi roda dan bertopi pandan yang sedang merenung dijendela besar rumah sakit ini.
“maaf..”aku menyentuh pundaknya perlahan, takut tiba-tiba dia berbalik dan mendorong kursi rodaku kejendela besar sampai kacanya pecah dan aku terbang seperti dulu.
Tidak, ia berbalik dan tidak mendorongku, ia malah membuat ku menjatuhkan papan dada dan pulpen yang ku pegang erat-erat, “kamu ?”
“ceritakan zen, dan mengapa ?! “aku seperti lupa hendak apa aku ke rumah sakit ini, aku tak perlu mewawancarai laki-laki bertopi pandan berkursi roda itu, ia zen !
“kau sudah menemukan jawabannya ray ?”zen lagi lagi tersenyum, ia cukup membuatku terkejut setengah mati.
Tiga hari kemudian aku tak pernah lagi mengharapkan kedatangannya kerumahku seperti biasa, sebenarnya aku takut, tapi aku tak bisa menampakkan betapa aku marah padanya, ia berbohong.
Sepulang sekolah, aku mengunjunginya di kamar blabla no blabla lantai blabla rumah sakit blabla, kau tahu ? sejujurnya aku ingin tertawa melihat kepala zen jadi plontos seperti bakso, tapi sekarang aku ingin menangis.
“zen, apa ini bagian rencana mu membuat aku merasa lebih baik..?” tanpa sadar aku menjatuhkan setetes air yang begitu cepat turun secepat semua kejadian ini.
Zen diam, selang oksigen dihidungnya bergerak sedikit pertanda zen masih mendengar suara ku yang sedikit terisak. Lalu zen berusaha tersenyum dengan susah payah...
“zen, mengapa kau sekuat itu ? kau tak pernah bilang bahwa kau juga sama sakitnya dengan aku...padahal kalau kau bilang, aku pasti akan cepat lebih baik...”
Zen tersenyum lagi, sepertinya bahkan hanya untuk menunjukkan senyum saja ia sulit, tapi aku menyadari tanpa kata-kata dan mulut berbusa, ia telah memberi ku satu kalimat lagi, ‘senyumlah selama kau tak perlu penjepit pipi...’.
Maka, aku mengusap air mataku dan aku bernafas lega, “ terima kasih zen...”.
Kau aneh zen ! kenapa kau begitu bodoh, kau biarkan jasadmu mati tapi kau malah meninggalkan kalimat-kalimat itu disini kau tahu ? kalimat itu takkan pernah hilang dari pikiranku selamanya, kenapa tidak kau bawa saja ? biar suatu saat kau bisa cerita pada semua penghuni syurga ?kau memang abang teraneh yang pernah ku kenal, tapi...
Thanks zen, sekarang aku sudah bisa berdiri tegak...
"ray, kamu harusnya bilang dong pintunya nggak dikunci, ada yang sakit sayang ?" mama memelukku seperti bayi yang baru saja jatuh dari atas kasur.
Aku lalu melepaskan pelukan mama, " ray enam belas tahun ma..., lagi pula tiga hari terakhir ini rasanya sekujur tubuh ray kaku kayak mayat, jadi biar pun ray jatuh seribu kali, nggak akan membuat ray kesakitan..."
Lagi, aku membuat mama menangis. dihadapannya aku sepertinya kuat, tapi sebenarnya aku karung basah. aku menangis, aku mengeluh dan membawa sumpah serapah pada apapun selain pada mama. pada mama aku tak berani mengeluh, mama sendirian, aku takut ia tak sekuat aku.
Ah, semuanya sejak aku terjun dari lantai tiga sekolahku, tiga hari dimana aku akan mengangkat namaku dan nama sekolahku diajang bulu tangkis nasional tingkat pelajar.
Teman-temanku sesama ekskul bulu tangkis dan teman-teman kelasku, datang kerumahku, bukan untuk memberiku selamat atas terpilihnya aku sebagai perwakilan sekolah diajang itu, tapi untuk memberiku buah-buahan, lalu mengucapkan ' semoga cepat sembuh, tetap semangat ya !' dan mereka pulang dengan sara syukur karena masih diberi kesehatan.
Dan dan saat semuanya begitu suram dalam setiap jengkal utakku, aku bertemu orang aneh yang mulutnya penuh dengan kata-kata penuh cinta, penuh harapan, dan aku mual saat itu.
Yang ku tahu namanya zen, usianya dua puluh tahun, ia seorang motivator dan penulis buku best seller yang mengajak orang semangat hidup bla..bla..bla...aku tak mengerti mengapa ia begitu terkenal, disukai banyak orang ? apa karena ia sempurna punya hidung mancung dan kulit yang putih ? atau karena ia bisa berdiri tegak..?
“berhentilah untuk mencoba membuat ku merasa lebih baik, karena aku takkan lebih baik lagi dari ini !” bentakku padanya suatu kali.
Ia tersenyum, menampakkan lagi wajah malaikat yang sesungguhnya meluluhkan hatiku, “aku nggak pernah mencoba membuatmu lebih baik, bahkan tak juga mencoba membuat orang lain lebih baik, kamu tahu ? aku Cuma bertugas membuat orang tersenyum selama ia tak perlu penjepit pipi..”
Aku tersenyum miris, “kamu pikir ini lucu ?”
Zen diam berpura-pura berfikir, “enggak.”
Sejak itu aku malah lebih sering bersamanya, ia seperti abang yang ada dimana-mana untukku, bahkan nyamuk saja tak pernah muncul saat aku mengharapkannya ?
Sejak aku bertemu abang baruku, aku kembali sekolah meski tak lagi dijuluki bintang bulu tangkis. Tak apalah, zen bilang untuk menjadi bintang aku tak perlu kaki dan tangan yang sempurna, aku cukup punya api yang membara di sini, di dadaku...
“tapi zen, bahkan untuk naik tangga sekolah saja aku merepotkan...”
Dan sejak itu pula aku mulai bisa menerima semuanya dengan lapang dada, aku mulai menyadari seperti yang zen bilang bahwa rayap tak pernah minta di tuntun untuk tahu betapa tanpa sepasang matapun ia bisa membangun sebuah menara.
“tapi zen...tapi zen....tapi zen...” dan semua tapi-tapian itu hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan aku mulai sibuk dengan kegiatan ilmiah disekolah. Aku mulai tak perlu lagi zen bermulut penuh busa untuk menghentikan setiap keluh kesahku.
Suatu kali, saat pulang sekolah zen datang ke rumah ku dan lucunya dia dengan dua penyangga kaki diketiaknya, “hei, zen, apa ini bagian dari semua hal yang kau rencanakan untuk membuat aku senyum tanpa penjepit pipi ?”
Zen tersenyum, “ ini bagian dari hidup...kamu tahu hidup tak pernah berhenti meski sebagian penting darinya tak lagi berfungsi, hem, kamu mengerti..?”
Aku mengangguk lalu tersenyum,”enggak zen, aku nggak ngerti, sekali-kali pake bahasa gaul kek..”
“suatu hari nanti kamu akan mengerti...”.
Ya, sampai dua minggu kemudian dan aku di tugasi Bu mela untuk mengadakan wawancara dengan pasien di rumah sakit blabla. Aku tak pernah mengerti kalimat yang di ucapkan zen saat terakhir kali bertemu denganku, aku tak berusaha mencarinya dan tak juga memohon mohon minta penjelasan kalimatnya itu, tidak ! mungkin dia sibuk, mama bilang ia orang hebat, ia mungkin sibuk !
Sudahlah, jangan-jangan nanti dia tiba-tiba alay dan saat aku memohon-mohon dia malah bilang, ‘mau tahu aja apa mau tahu banget ? kan berabe...
Di rumah sakit blabla, aku nampak benar seperti orang linglung, yah...bingung siapa yang harus ku wawancara, apa aku harus mewawancarai bayi baru lahir dan bertanya, bagaimana rasanya didalam perut ibu ? konyol.
Dan aku putuskan untuk bertanya pada entah siapa, yang duduk dikursi roda dan bertopi pandan yang sedang merenung dijendela besar rumah sakit ini.
“maaf..”aku menyentuh pundaknya perlahan, takut tiba-tiba dia berbalik dan mendorong kursi rodaku kejendela besar sampai kacanya pecah dan aku terbang seperti dulu.
Tidak, ia berbalik dan tidak mendorongku, ia malah membuat ku menjatuhkan papan dada dan pulpen yang ku pegang erat-erat, “kamu ?”
“ceritakan zen, dan mengapa ?! “aku seperti lupa hendak apa aku ke rumah sakit ini, aku tak perlu mewawancarai laki-laki bertopi pandan berkursi roda itu, ia zen !
“kau sudah menemukan jawabannya ray ?”zen lagi lagi tersenyum, ia cukup membuatku terkejut setengah mati.
Tiga hari kemudian aku tak pernah lagi mengharapkan kedatangannya kerumahku seperti biasa, sebenarnya aku takut, tapi aku tak bisa menampakkan betapa aku marah padanya, ia berbohong.
Sepulang sekolah, aku mengunjunginya di kamar blabla no blabla lantai blabla rumah sakit blabla, kau tahu ? sejujurnya aku ingin tertawa melihat kepala zen jadi plontos seperti bakso, tapi sekarang aku ingin menangis.
“zen, apa ini bagian rencana mu membuat aku merasa lebih baik..?” tanpa sadar aku menjatuhkan setetes air yang begitu cepat turun secepat semua kejadian ini.
Zen diam, selang oksigen dihidungnya bergerak sedikit pertanda zen masih mendengar suara ku yang sedikit terisak. Lalu zen berusaha tersenyum dengan susah payah...
“zen, mengapa kau sekuat itu ? kau tak pernah bilang bahwa kau juga sama sakitnya dengan aku...padahal kalau kau bilang, aku pasti akan cepat lebih baik...”
Zen tersenyum lagi, sepertinya bahkan hanya untuk menunjukkan senyum saja ia sulit, tapi aku menyadari tanpa kata-kata dan mulut berbusa, ia telah memberi ku satu kalimat lagi, ‘senyumlah selama kau tak perlu penjepit pipi...’.
Maka, aku mengusap air mataku dan aku bernafas lega, “ terima kasih zen...”.
Kau aneh zen ! kenapa kau begitu bodoh, kau biarkan jasadmu mati tapi kau malah meninggalkan kalimat-kalimat itu disini kau tahu ? kalimat itu takkan pernah hilang dari pikiranku selamanya, kenapa tidak kau bawa saja ? biar suatu saat kau bisa cerita pada semua penghuni syurga ?kau memang abang teraneh yang pernah ku kenal, tapi...
Thanks zen, sekarang aku sudah bisa berdiri tegak...
PROFIL PENULIS
Nama : Fatimah Az-zahra
Sekolah : MAN 1 Bandung
Add facebook : az-zahra fatimah
Sekolah : MAN 1 Bandung
Add facebook : az-zahra fatimah
Baca juga Cerpen Motivasi yang lainnya.
MENDALI TERAKHIRNYA
MENDALI TERAKHIRNYA
Siang itu angin bertiup kencang dan tak tentu arah, awan mendung datang hingga langit meneteskan air hujan seakan menjadi gambaran suasana hatiku saat itu. Bagaimana tidak sedih kalau saat itu aku mendengan kabar bahwa dana dari sekolah untuk keberangkatanku dan tiga temanku lainnya untuk mengikuti lomba silat di tingkat Provinsi tidak ada. Padahal kami sudah latihan mati-matian. Boleh di bilang latihan kami itu mengerahkan segala daya dan upaya walaupun kadang kala masih kurang maksimal karna fasilitas-fasilitas yang kurang lengkap di daerah kami. Ya…maklumlah tinggal di pulau kecil.
Namun, walaupun dengan keterbatasan yang ada kami tetap berusaha keras dan akan membuktikan kepada semua orang bahwa anak pulau juga bisa sukses dan tidak kalah dengan anak-anak kota sana. Kami menggunakan alam sebagai fasilitas kami untuk latihan. Ya…seperti lari di pasir dan mengangkat teman untuk latihan beban. Namun sayangnya semangat itu hampir hilang karna kabar tidak adanya dana tadi dan terpaksa harus berangkat dengan dana sendiri-sendiri. Sementara orang tuaku hidup dengan bekerja sebagai petani yang penghasilannya tidak menentu dan sulit untuk mendapatkan uang dalam waktu yang singkat.
Malam harinya, aku tidak nonton TV bersama keluargaku seperti biasanya karna saat itu aku merasa ngantuk jadi habis sholat isyak aku langsung tidur. Hingga beberapa lama kemudian aku melihat sebuah mahkota yang indah, terbuat dari emas asli dengan hiasan tiga permata berkilau berjajar di mahkota itu. Dan di atas tiga permata itu ada satu permata yang lebih indah dari permata lainya. Mahkota itu di jaga oleh seorang wanita cantik memakai gaun putih seperti putri kerajaan gitu deh,,,,,. Banyak orang yang berlari-lari untuk mendapatkan mahkota itu tetapi mereka tidak ada yang berhasil mendapatkannya. Hingga aku juga tertarik untuk mendapatkannya. Aku mulai berjalan pelan-pelan mendakati mahkota itu. Tetapi sebelum sampai ke mahkota itu akupun terjatuh. Meskipun terjatuh tetapi aku terus berusaha untuk mendekati mahkota itu dengan merangkak karna kakiku tak kuat lagi untuk berdiri. Dan akhirnya aku sampai juga di meja itu.
Kemudian wanita itu memegang tanganku dan berkata ‘’ berdirilah’’ aku berusaha berdiri dengan memegang tangannya hingga aku kini berdiri di depannya ‘’ pakailah mahkota ini dan aku pulang bersamamu untuk menemani hari-harimu’’ kata wanita itu sambil memakaikan mahkota di kepalaku, lalu aku menggandengnya. Tiba-tiba terdengar ‘’allahuakbar-allahuaakbar’’ hemmmm,,, akupun terbangun dari tidurku dan mematikan alarem HPku, ternyata mahkota dan wanita itu hanyalah sebuah mimpi , aku lihat HPku ternyata sudah jam 01.30 WIB. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju ke kamar mandi masih dengan bayang-bayang mimpi itu di kepalaku, baru bayangan itu hilang dari fikiranku setelah aku membasuh wajahku dengan air whuduk. Kemudian selesai ambil whuduk aku kembali ke kamar.
Terus memakai sarung,baju serta kopyah. Tak lama setelah itu ku ambil sejadah di lemariku dan ku bentangkan di lantai lalu selanjutnya akupun sholat tahajjud dua rakaat. Setelah salam ku tengadahkan kedua tanganku memohon ampun kepada ALLAH SWT. Selanjutnya setelah selesai do’a ku usap wajahku dengan kedua tanganku di teruskan dengan sujud. Dalam sujud itu ku curahkan dan aku sampaikan semua keinginanku. Selesai sujud aku ganti baju dan tidur lagi. Akupun tertidur pulas dengan seketika. Setelah bangun ternyata sudah jam 05.45 WIB. Aku hampir telat sholat subuh. Lalu aku mengambil wudhuk dengan segera dan langsung sholat subuh. Untunglah, ternyata ALLAH masih memberiku kesempatan untuk sholat subuh. Sehabis itu aku mengambil sapu dan memberantas sampah-sampah hingga lantai dan halaman rumahku bersih. Kemudian makan pagi ,mandi terus berangkat ke sekolah. Begitulah aktifitasku setiap hari.
Sepulangnya dari sekolah aku sholat dhuhur dulu. Di lanjutkan makan siang dan sudah menjai rutinitas setiap sore pergi ke latihan silat di sekolah. Sesampainya di tempat latihan aku dan empat teman lainnya berdo’a sebelum latihan. Setelah itu kami melakukan pemanasan supaya otot kami tidak terkejut nantinya saat melakukan gerak. Pelatih kami dating tidak lama setelah kami selesai melakukan pemanasandan dia langsung mengambil Stopwath dan peluit sambil menjalankan Stopwath yang di pegangnya. Kami pun mulai berlari sampai akhirnya terdengar bunyi peluit, kami baru berhenti karna itu tandanya sudah sampai 12 menit.
Beluum selesai capek karna lari. Kami langsung di suruh Push-up, Set-up, Back-up dan Updominal. Lima latihan itu adalah menu wajib latihan kami yang harus di lakukan setiap hari. Baru yang lima itu selesai beralih kelatihan teknik yaitumemperagakan jurus tunggal yang berjumlah seratus gerak dengan empat kali pengulangan. Dan setiap peragaan harus selesai dengan durasi waktu 3 menit tidak boleh kurang dan lebih. Selesai latihan kami selalu berdo’a sebelum pulang. Selesai berdo’a kami langsung menuju parkir untuk mengambil sepeda. Tiba-tiba andi berkata ’’hay,,,gimana kita besok dah berangkat ni,udah siap belum?’’ jawab Ana dan Sila dengan serempak.’’Kamu dit, gimana siap, kok diam saja dari tadi ?’’ Andi bertanya sambil menatapku.’’Ya aku juga siap’’ jawabku dengan sura pelan.’’masalah dana?’’ Andi kembali bertanya kepadaku.
Akupun menarik nafasku dalam-dalm kemudian menjawab pertanyaan Andi ‘’ya,,,Andi aku pakai semua tabunganku untuk bias ikut pertandingan ini’’.’’baguslah kalau sudah siap semua,semoga kita dapat gelar juara’’ kata Andi dengan lega. Ana,Syila, dan Aku menjawab dengan segera dan serempak ‘’AMIN”!.’’ Ayo kita pulang besok langsung ngumpul di dermaga’’ kata Syila sambil menyalakan sepeda motornya. ‘’ok’’ jawab kamidengan serempak. Kami pun akhirnya pulang kerumah masing-masing. Aku sampai di rumah saat matahari hampir terbenam. Akupun langsung mandi dan tak lama setelah aku selesai mandi terdengar kuandang suara azan magrib. Lalu aku sholat magrib di teruskan mengaji sampai tiba waktu sholat isyak, habis sholat isyk aku baru mengganti bajuku dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan di bawa besok. Baru setelah itu aku nonton TV bersama keluargaku kira-kira jam 09.00 malam aku masuk ke kamarku terus tidur.
Keesokan harinya, 12 february 2012. Aku sudah siap berangkat dengan semua peralatan yang ak bawa. Namun sebelum berangkat aku melaksanakan sholat dhuha dua rakaat terlebih dahulu. Setelah itu aku pamit pada ibuku, sebelum keluar pintu aku diam sejenak di pintu dan memejamkan mataku sambil membaca do’a.
‘’bismikallahitawakkaltu alallah’’. Kemudian ku lngkahkan kaki kananku keluar dari pintu rumahku. Ayahku mengantarkan aku ke dermaga. Sampai di dermaga ternyata Mas Jaja, Ana, Syila dan Andi sudah datang duluan. Pukul 10.00 WIB perahu yang membawaku berangkat. Ku lihat lambaian tangan ayahku dari perahu yang semakin lama semakin mengecil dan akhirnya aku tak dapat lagi melihatnya. Empat jam lamanya aku menikmati panorama indahnya laut dan pukul 14.15 menit kami sampai di pelabuhan kalianget. Kami mampir di warung sebentar untuk mengisi perut yang osong. Setelah dahaga dan rasa lapar kami terobati.
Keesokan harinya, 12 february 2012. Aku sudah siap berangkat dengan semua peralatan yang ak bawa. Namun sebelum berangkat aku melaksanakan sholat dhuha dua rakaat terlebih dahulu. Setelah itu aku pamit pada ibuku, sebelum keluar pintu aku diam sejenak di pintu dan memejamkan mataku sambil membaca do’a.
‘’bismikallahitawakkaltu alallah’’. Kemudian ku lngkahkan kaki kananku keluar dari pintu rumahku. Ayahku mengantarkan aku ke dermaga. Sampai di dermaga ternyata Mas Jaja, Ana, Syila dan Andi sudah datang duluan. Pukul 10.00 WIB perahu yang membawaku berangkat. Ku lihat lambaian tangan ayahku dari perahu yang semakin lama semakin mengecil dan akhirnya aku tak dapat lagi melihatnya. Empat jam lamanya aku menikmati panorama indahnya laut dan pukul 14.15 menit kami sampai di pelabuhan kalianget. Kami mampir di warung sebentar untuk mengisi perut yang osong. Setelah dahaga dan rasa lapar kami terobati.
Kamipun kembali melanjutkan perjalanan kami. Tempat yang kami tujuh adalah kota Malang karna disana tempat di adakaannya pertandingan tingkat provinsi tersebut. Tetapi kami sengaja mampir dulu di pamekasan selama satu minggu untuk latihan bersama antara kontingen perisai diri sumenep dan tim perisai diri pamekasan. Dua kontingen ini bersatu dengan nama kontingen perisai diri Madura. Saat aku masuk kerumah pelatih PD( perisai diri ) pamekasan yang merupakan tempat tinggal kami selama satu minggu. Mataku tiba-tiba terpana melihat seorang gadis memakai kerudung putih dan jantungku langsung berdetak lebihn kencang, tubuhku panas serta keringatku mengalir dengan deras. Karena waktu itu sudah sore jadi kami tim perisai diri sumenep meletakkan tas kami dan membaringkan tubuh kami di kamar yang sudah di sediakan untuk melepas penat selama perjalanan. Tak lama kemudian terdengar suara ketokan pintu ‘’tok-tok-tok,’’assalamualaikum’’.’’ Waalaikum salam’’Dit,,bukakan pintunya’’ suruh mas Jaja kepadaku’’. ‘’ya mas’’ jawab aku.
Aku segera membuka pintu dan setelah aku buka ternyata yang di balik pintu adalah gadis berkerudung putih itu terlihat membawa minuman dan camilan di tangannya.’’ Ma,,masuklah’’ aku menyuruhnya masuk dengan suara gugup. Aku gak tau kenapa setiap kali ada dia selalu ada rasa yang tak biasa pada diriku dan hal ini baru pertama kali aku rasakan.’’ini minuman dan camilan untuk mengganjal perut kalian dulu’’ kata wanita itu sembari manyuguhkan minuman dan camilan itu dengan senyum manis.’’makasi, gak usaa repot-repot dek’’ kata mas jaja.’’gak repot kok mas’’ jawab wanita itu. Lalu wanita itu keluar dari kamar kami.
Akan tetapi bayangannya tak perna lpas dari mataku. Karena sakin penasarannya aku dengan wanita itu. Tanpa sadar aku langsung bertanya kepada mas jaja pelatihku’’ mas, itu siapa?.’’ ‘’ oh itu aisyah. Dia juga akan ikut pertandingan di malang turun serang hinder kelas B remaja putri. Emangnya kenapa?’’ mas jaja balik nanya.’’ ‘’ gak kenapa-kenapa mas’’ jawab aku. ‘’ ah paling dia naksir cewek itu mas’’. Kata Andi.’’ Cie- cie….cinta pada pandangan pertama nihhh’’ sambung ana dan syila dengan kompak. ‘’ ah kalian ini ‘’ aku mencoba mengelak . ‘’ heheheh…sudah-sudah kalian harus focus ke pertandingan jangan mikirin yang lain’’ mas Jaja mengingatkan kami. Suasana menjadi sepi kembali. Ana dan syila kembali merapikan baju-baju yang ada di tasnya. Andi sibuk melatih pukulan-pukulannya. Sementara aku sendiri mencoba menghapus baying-bayang wanita itu dengan melatih jurus golokku.
Hari pertama latihan di pamekasan suasananya agar berbeda karena di sini kita hanya focus ke pertandingan. Tidak memikirkan sekolah dan pelajaran. Pagi-pagi sebelum matahari terbit kami sudah elakukan STREACING. Pada hari pertama ini kontingen PD sumenep dan kontingen PD pamekasan berkenalan terlabih dahulu. Baru setelah itu melakukan STREACING atau pemanasan. Selanjutnya lari selama 20 menit. Kemudian lari cepat 100 meter sebanyak 5 kali, terus setelah itu lari bolak-balik dan Bumerang-Run masing-masing sebanyak 5 kali. Dan menu latihan yang terakhir untuk pagi adalah permainan seperti bermain bola, bola kasti dan permainan lain yang membuat kita capek. Setelah itu, pertandingan dan beberapa minit setelah itu kami semua makan pagi. Latihan pada sore hari ini di fokuskan pada tehnik bukan fisik seperti pada latihan pagi. Latihan teknik sama dengan yang latihan di sapudi hanya saja latihan memperagakan jurus tunggalnya di ulang seplah kali.
Hari pertama latihan di pamekasan suasananya agar berbeda karena di sini kita hanya focus ke pertandingan. Tidak memikirkan sekolah dan pelajaran. Pagi-pagi sebelum matahari terbit kami sudah elakukan STREACING. Pada hari pertama ini kontingen PD sumenep dan kontingen PD pamekasan berkenalan terlabih dahulu. Baru setelah itu melakukan STREACING atau pemanasan. Selanjutnya lari selama 20 menit. Kemudian lari cepat 100 meter sebanyak 5 kali, terus setelah itu lari bolak-balik dan Bumerang-Run masing-masing sebanyak 5 kali. Dan menu latihan yang terakhir untuk pagi adalah permainan seperti bermain bola, bola kasti dan permainan lain yang membuat kita capek. Setelah itu, pertandingan dan beberapa minit setelah itu kami semua makan pagi. Latihan pada sore hari ini di fokuskan pada tehnik bukan fisik seperti pada latihan pagi. Latihan teknik sama dengan yang latihan di sapudi hanya saja latihan memperagakan jurus tunggalnya di ulang seplah kali.
Hari kedua menu latihannya tidak jauh beda dengan latihan yang hari pertama. Para atlit kontingen Madura semakin akrab. Begitupun rasa yang aneh yang aku rasakan pada aisyah wanita kerudung putih itu semakin besar apalagi saat dia memberikan air untukku saat istirahat latihan teknik. Dia begitu perhatian kepadaku, senyumnya yang manis, sikapnya yang baik, tidak pantang menyerah dan semua yang ada padanya membuat aku tak bias menghapus bayangannya dalam memori otakku. Dua hari kenal ternyata sudah cukup untuk membuat aku dan dia akrab. Aku semakin tertarik padanya. Di selalu memberikan semangat untukku.
Hari ketiga kami sudah terbiasa dengan latihan-latihan fisik dan teknik yang di berikan oleh para pelatih. Hari ke tiga ini adalah hari terakhir kita latihan keras karena latihan sudah tinggal empat hari lagi takutnya kalu terus di paksa otot akan mencapai titik jenuh sehingga tidak maksimal nantinya dalam pertandingan. Hari ini ada suatu kejadian yang dramatis. Saat itu aisyah sedang laihan gerakan-gerakan keseimbangan seperti kuda-kuda dengan satu kaki. Namun ternyat dia hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan. Dan anehna aku secara spontan langsung menyanggahnya sehingga dia tidak terjatuh Di saat aku menyanggahnya dia menatap mataku seakan-akan memberikan sinyal yang sama seperti sinyal yang kuberi padanya namun aku sendiri tidak pernah tau sinyal apakah itu.aku segera melepaskan tanganku darinya karena mendengar perkataan mas jaja “Aisya, Ayo latihan lagi ! tolong keseimbangannya ditingkatkan lagi”. “Makasih ya !” kata Aisyah sambil dia berdiri untuk latihan lagi. Dan akupun kembali melanjutkan latihanku juga.
Hari berlalu begitu cepat. Langit diufuk barat kini menampakkan wajahnya dengan
warna agak kemerah-merahan. Dan matahari mulai malu menampakkan sinarnya serta
bersembunyi dari pandanganku. ya itulah tandanya latihan terakhir ini sudah berakhir.Aku terasa berat mengakhiri hari ini karena jika hari berakhir maka akutidak bias melihat sikerudung putih itu. Akan tetapi,aku harus rela hati ini juga untuk kebaikannya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah bangun. aku keluar sendirian menghirup udara segar sambil melakukan gerakan-gerakan ringan ( kring……kring……)bunyi sms. kemudian aku lihat HPku dan kubaca pesanku. Aku terkejut saat membaca pesan yang kuterima dari nomor yang sebelumnya tidak pernah aku kenal.sms itu berisi ancaman kepadaku supaya mundur dari pertandingan yang akan aku ikuti. Aku tidak membalas sms itu karena aku fikir itu hanya orang iseng aja. Beberapa menit kemudian ada sms lagi dari nomer yang sama “Aku gak pernah main-main, mundur dari kejurda ini atau kamu akan tau akibatnya”. bunyi sms itu “deg,,dug” tiba-tiba jantungku berdetak lebih keras dan cepat. Aku rasa ini bukan lagi orang iseng tapi memang beneran. Karena khawatir aku bercerita tentang semua itu keaisyah melalui sms. Aisyah menyuruhku memberitahukan masalah ini ke mas jaja dan mbak ati selaku OFFICAL dan sekaligus pelatih kami. Namun aku tidak ingin menambah beban mereka.Aku ingin menyelesaikan masalah ini bersama aisyah tanpa ada orang lain yang tau.
Kini sudah tiba waktunya kontingen Madura berangkat ke kota malang. Semua atlet sudah berkumpul lagi dirumahnya mbak ati dengan segala perlengkapannya. Kami berangkat tak lama setelah raja siang menampakkan wajahnya. Dengan bus yang sederhana kami berangkat dari pamekkasan temanku yang lain sepertinya sangat menikmati perjalanan ini. Apalagi saat kami singgah di warung makan di sekitar pintu masuk menuju jembatan suramadu Mereka asyik foto-foto, bercanda dan ngobrol-ngobrol sambil menyantap makanan yang dibelinya. sementaraaku hanya berdiam diri. Ya sms itu masih menghantui pikiranku. Saat aku duduk diam membisu datang aisyah memberi motivasi kepadaku “sudah jangan terlalu difikirkan mungkin itu Cuma orang iseng, Lagian kamu kan gak tau dia”.
‘’iya sih, tapi aku takut dia itu nyakitin orang-orang yang aku saying kalau Cuma aku yang di ancam sih gak takut sama sekali’’ jawab aku. ”lebih baik kamu berdo’a saja, serakan semuanya kepada Allah.’’ Aisyah ngasi saran ke aku “ iya betul” sahut aku.
Obrolan kami terhenti karna kami akan melanjudkan perjalanan. Kami masuk kembali ke bus. Kali ini aku duduk bersama Aisyah di dekat jendela. Perjalanan ini terasa lebih indah. Panorama jembatan suramadu yang indah, di tamba angin bertiup sepoy-sepoy membisikkan syair-syair cinta kepadaku. Tak terasa kita sudah sampai di kota malang. Suasana yang panas berubah menjadi dingin, padahal aku waktu itu asih siang bolong.
Bus berhenti di rumah dekat tempat pertandingan yang kami sewa selama pertandingan berlangsung.“ Anak-anak kalian turun dan langsung istirahat di rumah ini, yang mau sholat, sholat dulu, saya dan mbak atinya mau k secretariat pertandingan untuk pendaftaran ulang kalian, mengerti?” kata mas Jaja. “ ya mas” jawab kami. Mereka berdua berangkat ke secretariat pertandingan. Dan kamipun masuk kedalam rumah itu. Karena tidak ada kegiatan, aku mengambil HPku dan login di facebook. Aku mendapat 6 pesan di Fb. Setelah aku buka, aku terkejut saat melihat pesan terbaruku yang di kirim oleh orang misterius itu.
“Rumanya nyalimu besar juga, temui aku di depan rumahmu” pesan misterius itu
“Siapa kamu dan kenapa aku harus menemuimu?” balasan dari aku
“Kamu tidak perlu tau siapa aku, temui saja aku sekarang”
“Sebenarnya apa maumu”?
Masih Tanya, aku mau kau tidak ikut dalam pertandingan ini”.
“Apa alasannya”?
“Jangan banyak Tanya, sekarang temui saja aku”
“Baiklah”!
Akupun keluar untuk menemui dia .namun, setelah aku membuka pintu pagar rumah, aku tidak menemukan seorangpun yang kutemui hanyalah bingkisan yang ada di depan pagar. Aku penasaran dengan isi bingkisan itu. Kemudian aku membuka bingkisan itu dan ternyata isinya adalah ayam yang di sembelih dan surat dengan tulisan darah ayam itu.”mundur dari kopetensi ini atau kamu akan bernasib sama seperti ayam itu” isi surat itu. Dan tiba-tiba ada seseorang yang menendangku dari belakang. Aku terjatuh, aku tak bias melihat wajah orang misterius itu karena dia menggunakan topeng. Aku berusaha bangun akan tetapi dia menyerangku lagi. Perkelahian tak bisa di bendung lagi, ia memukul dengan tangan kananya tapi, aku memutar badanku kekanan dan langsung memukulnya dengan cepat dan keras tepat dadanya. Tetapi, sayangnya dia tidak mereskon pukulanku. Seperti dia sudah menguasai pernafasan dengan sempurna. Kami saling pukul, saling tendang, saling tolak dan saling serang hingga akhirnya dia menendang aku dari kejauhan dengan seluruh kekuatannya.
Untungnya tidak mempunyai serangan yang cepat walaupun serangannya sangat keras. Dengan mudah aku dapat menangkap kakinya. Lalu kuangkat dan ku jatuhkan orang misterius itu ke tanah dengan cepat dan keras. Hah sayangnya lagi-lagi dia tidak merasakan kesakitan dan malah setelah terjatuh di tanah dia menyapu kakiku hingga aku terjatuh. Dia bangun dan bersiap-siap menginjakku. Aku memejamkan mataku dan ku keraskan tubuhku hanya itulah yang bias aku lakukan karena aku masih belum sanggup berdiri.” BRUKKKKK!” suara tendangan terdengar keras. Aku kira aku sudah di injak oleh dia tetapi setelah aku buka mataku, aku tidak apa-apa dan ternyata orang itu memegang rusuknya an merasa kesakitan karena terkena tendangan sabit dari mas Jaja . kemudian orang itu lari terburu-buru.
“ Dit, bangunlah “ kata mas Jaja sambil memberikan tangannya.
‘’ makasih mas, mungkin aku sudah mati kalau tidak ada mas”.
“ sebenarnya ap yang telah terjadi?”
“ orang itu menerorku mas, dia ingiin aku tidak ikut dalam pertandingan”
“ kenapa kamu baru cerita sekarang?”
“soalnya aku takut menambah beban mas dan mbak”
“ya, jangan kefikiran teror itu lagi, dia gak akan berani ganggu kamu lagi. Sekarang kamu focus ke pertandingan saja”
“ ya mas”
“ sudah,sudah, ayo masuk dulu biar cepat aku obati” sambung mbak ati dari dalam bus
Kami akhirnya menghentikan obrolan kami dan masuk kedalam rumah
Malam harinya, semua kontingen berkumpul di tempat pertandingan. Malam itu peserta dan wasit juri di hibur sebelum memasuki pertandingan. Kami malam itu benar-benar menikmati panggung hiburan itu. Apalagi di tambah hidangan makanannya yang enak-enak. Saat itu malam yang sangat meriah karena semua pesilat pilihan dari masing-masing kota atau kabupaten di jawa timur berkumpul di suatu tempat. Dan aku semakin senang karena sampai saat ini orang misterius itu tidak meneror aku lagi.
“Rumanya nyalimu besar juga, temui aku di depan rumahmu” pesan misterius itu
“Siapa kamu dan kenapa aku harus menemuimu?” balasan dari aku
“Kamu tidak perlu tau siapa aku, temui saja aku sekarang”
“Sebenarnya apa maumu”?
Masih Tanya, aku mau kau tidak ikut dalam pertandingan ini”.
“Apa alasannya”?
“Jangan banyak Tanya, sekarang temui saja aku”
“Baiklah”!
Akupun keluar untuk menemui dia .namun, setelah aku membuka pintu pagar rumah, aku tidak menemukan seorangpun yang kutemui hanyalah bingkisan yang ada di depan pagar. Aku penasaran dengan isi bingkisan itu. Kemudian aku membuka bingkisan itu dan ternyata isinya adalah ayam yang di sembelih dan surat dengan tulisan darah ayam itu.”mundur dari kopetensi ini atau kamu akan bernasib sama seperti ayam itu” isi surat itu. Dan tiba-tiba ada seseorang yang menendangku dari belakang. Aku terjatuh, aku tak bias melihat wajah orang misterius itu karena dia menggunakan topeng. Aku berusaha bangun akan tetapi dia menyerangku lagi. Perkelahian tak bisa di bendung lagi, ia memukul dengan tangan kananya tapi, aku memutar badanku kekanan dan langsung memukulnya dengan cepat dan keras tepat dadanya. Tetapi, sayangnya dia tidak mereskon pukulanku. Seperti dia sudah menguasai pernafasan dengan sempurna. Kami saling pukul, saling tendang, saling tolak dan saling serang hingga akhirnya dia menendang aku dari kejauhan dengan seluruh kekuatannya.
Untungnya tidak mempunyai serangan yang cepat walaupun serangannya sangat keras. Dengan mudah aku dapat menangkap kakinya. Lalu kuangkat dan ku jatuhkan orang misterius itu ke tanah dengan cepat dan keras. Hah sayangnya lagi-lagi dia tidak merasakan kesakitan dan malah setelah terjatuh di tanah dia menyapu kakiku hingga aku terjatuh. Dia bangun dan bersiap-siap menginjakku. Aku memejamkan mataku dan ku keraskan tubuhku hanya itulah yang bias aku lakukan karena aku masih belum sanggup berdiri.” BRUKKKKK!” suara tendangan terdengar keras. Aku kira aku sudah di injak oleh dia tetapi setelah aku buka mataku, aku tidak apa-apa dan ternyata orang itu memegang rusuknya an merasa kesakitan karena terkena tendangan sabit dari mas Jaja . kemudian orang itu lari terburu-buru.
“ Dit, bangunlah “ kata mas Jaja sambil memberikan tangannya.
‘’ makasih mas, mungkin aku sudah mati kalau tidak ada mas”.
“ sebenarnya ap yang telah terjadi?”
“ orang itu menerorku mas, dia ingiin aku tidak ikut dalam pertandingan”
“ kenapa kamu baru cerita sekarang?”
“soalnya aku takut menambah beban mas dan mbak”
“ya, jangan kefikiran teror itu lagi, dia gak akan berani ganggu kamu lagi. Sekarang kamu focus ke pertandingan saja”
“ ya mas”
“ sudah,sudah, ayo masuk dulu biar cepat aku obati” sambung mbak ati dari dalam bus
Kami akhirnya menghentikan obrolan kami dan masuk kedalam rumah
Malam harinya, semua kontingen berkumpul di tempat pertandingan. Malam itu peserta dan wasit juri di hibur sebelum memasuki pertandingan. Kami malam itu benar-benar menikmati panggung hiburan itu. Apalagi di tambah hidangan makanannya yang enak-enak. Saat itu malam yang sangat meriah karena semua pesilat pilihan dari masing-masing kota atau kabupaten di jawa timur berkumpul di suatu tempat. Dan aku semakin senang karena sampai saat ini orang misterius itu tidak meneror aku lagi.
Keesokan harinya pukul 07.00 kontingen kami semua berangkat ke gelenggang untuk mengikuti upacara pembukaan. Upacara menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia raya. Pertandingan di buka dengan di pukulnya gong sebanyak tiga kali oleh pak gubeur jawa timur(pak de Karwo).
Selesai upacara pembukaan pertandingan di mulai dari babak penyisihan untuk kategori pertarungan versi IPSI dan serang hindar di putaran ini semua atlet PD Madura masih bartahan. Tetapi di putaran ke dua dua atlet putra dari Pamekasan gugur. Sementara Ana dan Syinta gugur saat memperebutkan tiket menuju semi final. Aku baru bermain di hari ke empat untuk babak penyisihan. Jumlah peserta untuk ketegori jurus tunggal putra adalah PUL B= 15 orang. Aku masuk PUL A. Alhamdulillah di babak penyisihan aku berhasil masuk final. Di PUL A yang masuk final adalah pesilat dari Madura yaitu aku, dari Malang dan dari Surabaya. Sementara yang masuk PUL B pesilat dari Banyuwangi, Mojokerto dan Pasuruan. Enam pesilat seni ini akan diadu lagi dan di ambil tiga pemenang dalam babak final. Saat ini yang masih bertahan dari kontingen Madura aku, Syila dan Aisyah serta Andi. Aku babak finalnya masih hari terakhir. Saat Andi main di babak final, kami semua mendukungnya pertandingan menuju babak final antara Andi pesilat dari Madura melawan Ach. Yani dari Malang. Kami hampir tak bisa bernafas saat andi tergeletk di gelenggang akibat pukulan Yani yang salah sasaran mengenai mata Andi.
Andi cukup lama tergeletak sampai dokter pertandingan di panggil oleh wasit untuk memeriksa andi. Kerena pukulan yani salah sasaran maka yani langsung di diskualifikasi. Hal ini sudah di lakukan yani sebanyak tiga kali kepada andi sehingga wasit memutuskan andi sebagai pemenang pada partai ini dengan kemenangan didisfikulaifikasi. Andi kini masuk kebabak final yang tak lama kemudian syila dan aisyah yang masuk kebabak final.
Hari berikutnya, Andi,Syila dan Aisyah walaupun mereka masuk finalnya setelah aku tapi mereka bertanding di babak final lebih dahulu dari aku. Andi dan Syila kini mendapat gelar juara. Dua emas telah berhasil di dapat kontingen Madura. Babak pertama dan kedua Aisyah berhasil mendapat poin lebih banyak dari lawannya. Sebelum kembali melanjutkan pertandingan di babak tiga Aisyah membasahi tenggorokannya dengan beberapa teguk air yang sengaja di bawanya untuk melepas dahaga.saat di babak tiga sepertinya Aisyah semakin lemah.”Ding-Ding” suara bel berbunyi dan babak III pun kini berakhir. Aisyah segera menujuke sudut biru dan berkata kepada kepada mas Jaja dan mbak ati “Dadaku terasa sakit”.”tahan dulu ya,ketengah lagi untuk pengumuman pemenang.”Aisyah ke tengah gelenggang agar pemenang segera di ketahui.
Kami sangat tegang saat itu “ PRITTTTT” bunyi peluit ketua pertandingan. Dan semua wasit juri mengangkat bendera. Saat kulihat ternyata ada tiga bendera biru dan dua bendera merah yang di angkat. Kemudian wasit mengangkat tangan Aisyah karena dia sebagai juaranya. Tetapi dia langsung terjatuh dan pingsan. Aisyah mengeluarkan busa hijau dari mulutnya. Aisyah segera di larikan kerumah sakit. Di rumah sakit dia masih sempat di selamatkan, tetapi racunnya sudah menyebar dan harus di berikan penawar racunnya. Dan dokter mengatakan bahwa penawar racunnya sulit di dapatkan. Di tengah kepanikan kami HPku bordering karena ada panggilan masuk. Setelah ku angkat ternyata dari orang misterius itu.
“Halo,siapa ini”
“ Hahah.Bagaimana kamu belummau mundur”
“Tidak”
“Ow berarti kamu Aisyah mati karena hanya aku yang punya penawarannya”
“Ok-ok berikan penawarnya kepadaku”
“Temui aku nanti jam 03.00 sore “ memutuskan telephonnya
“ Halo….halo…..!
“Halo,siapa ini”
“ Hahah.Bagaimana kamu belummau mundur”
“Tidak”
“Ow berarti kamu Aisyah mati karena hanya aku yang punya penawarannya”
“Ok-ok berikan penawarnya kepadaku”
“Temui aku nanti jam 03.00 sore “ memutuskan telephonnya
“ Halo….halo…..!
Orang misterius itu tiba-tiba memutuskan telephonnya,aku menceritakan percakapanku dengan dengan orang misterius itu kepada yang lain. Mas jaja menyuruhku untuk tetap pergi ke pertandingan babak final bersama bak ati dan yang lain. Dan mas Jaja yang akan pergi menemui orang misterius itu. Waktu untuk menemui orang misterius itu dan babak final tunggal putra bersamaan. Orang itu memang sengaja supaya aku tidak ikut babak final.” Permisi, pasyen menginginkan yang namanya Dito menemuinya” kata suster keluar dari kamar Aisyah. Akup/..un masuk kekamar Aisyah dan mendekatinya. “dit, berjuanglah berikan satu emas lagi untuk kontingen kita supaya menjadi juara umum,tolong penuhi permintaanku ini mungkin iniadalah permintaanku yang terakhir”. “jangan ngomong seperti itu, aku akan berjuang untuk bisa menyumbangkan mendali emas. Tapi, kamu harus berjanji kamu juga akan berjuanguntuk tetap hidup” jawab aku. “ya, aku mau tidur dulu!. Oh yakalu misalnya aku tidak bisa bertahan mendaliku ambil kamu saja untuk kenang-kenangan”.Aisyah kembali meminta.”sudah jangan ngomong seperti itu, aku keluar dulu ya cepat sembuh” aku keluar dari kamar Aisyah.
Jam kini sudah menunjukkan pukul 14.30 dan aku harus berangkat kegelanggangan untuk babak final. Aku berangkat menggunakan seragam IPSI sambil membawa golok dan toya. Aku berangkat kegelanggangan bersama mbak ati dan teman-teman yang lain. Mereka sangat berharap aku mendapatkan mendali emas supaya kontingen kita bisa jadi juara umum. Saat aku dan teman-teman yang lain berangkat ke gelanggangan, mas Jaja juga berangkat menemui orang misterius itu di alamt yang sudah di kirim orang itu ke aku. Mas Jaja menggantikan aku menemui orang itu agar aku bisa ikut babak final dan Aisyah tetep dapat penawar racun itu. Perasaanku agak gerogi begitu sampai di gelanggangan aku langsung melakukan pemanasan. Disana kau kesulitan mengeluarkan keringat, badanku masih saja terasa dingin walaupun sudah melakukan gerakan-gerakan kecil untuk melatih gerakan-gerakan yang kurang kukuasai. Aku mendapat giliran tampil nomor tiga.
Tampilan finalis nomor satu dan dua mendapat tepuk tangan yang sangat meriah dan durasi tampilnyapun pas tiga menit. “segera mempersiapkan diri nomor undi tiga” pesilat Dito Satria Naga dari kontingen Madura “ panggilan pertama oleh MC pertandingan. Aku segera bersiap diri di sudut matras dengan golok di tangan kananku dan toya di tangan kiriku. Baru aku masuk gelanggang saat MC berkata ”nomor undian tiga segera memasuki gelanggang”. Sebelum aku menginjak matras gelanggang, aku menghentakkan kaki kiriku kelantai sebanyak tiga kali. Kemudian aku masuk dengan sedikit senyuman dan aku membusungkan dadaku supaya terlihat gagah .”GONG…….!” gong berbunyi aku mulai menampilkan jurus tunggal yang terdiri dari dua belas jurus atau seratus gerakan.
Aku berhasil menyelesaikan jurus tunggal bersamaan dengan bunyi gong kedua. Aku meninggalkan matras dengan bertingkah sama seperti waktu aku masuk tadi. Telfon bak Ati berderingdan saat di angkat rupanya pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Aisyah sedang kritis, berarti itu tandanya mas Jaja belum berhasil membawa penawar racunnya aku langsung menuju alamat yang di kirimkan orang miterius itu. Saat aku sampai di sana, mas Jaja dan orang misterius itu masih bertarung. Kemudian aku menyuruh mas Jaja untuk kembali saja kerumah sakit karena Aisyah sedang kritis. Mas jaja akhirnya segera lari dari tempat itu menuju rumah sakit kini akulah yang berjuang untuk mendapatkan penawar itu. “tolong berikan penawarnya, dia tidak bersalah kan yang kamu inginkan adalah aku jadi berikan saja penawarnya” pinta aku dengan suara memelas. Tapi dia membalas perkataanku dengan sinis ”yang aku inginkan adalah kamu menderita karna kamu sudah menghancurkan impianku, jika kamu mau penawar ini kamu harus mengalahkanku dulu”. “baiklah kalau itu keinginanmu aku turuti” jawab aku.
Dia langsung menyerang aku, akupun langsung menepis serangannya. Kali ini aku menggunakan jurus harimau untuk menghadapinya karena aku tau harimau itu cepat sedangkan orang itu tidak punya sepit. Aku sangat kualahan menghadapi dia karna sudah menguasai pernafasan. Jadi semua seranganku walaupun kena sia-sia saja. Tapi dengan cauk harimauku yang cepat aku dapat mengambil topengnya dan bisa melihat wajahnya. Ternyata dia adalah orang yang pernah ku kalahkan di kejuaraan sebelumnya, mungkin dia menyimpan dendam padaku. Sudah satu jam aku menghadapinya tapi, aku belum bisa mengalahkannya. Hingga aku teringat omongan mas Jaja yang perna melatihku ilmu pernafasan. Aku bermaksud menggunakan ilmu itu walaupun sebenarnya aku belum menguasainya. Saat dia menendangku, aku mengelak darinya dan kutarik nafas sedalam aku bisa kemudian ku lepaskan nafaku bersamaan dengan ku lepaskannya seranganku. Pukulannk tepat mengenai ulu hatinya.
Orang itu hanya diam menerima pukulannku. Aku fikir dia tidak merasakan pukulannku. Tetapi, setelah beberapa detik dia muntah darah dan jatuh pingsan. Aku segera mengambil penawar racun yang ada di sakunya. Setelah itu aku keluar dari tempat itu menuju jalan, namun karena disitu tempat terpencil, aku tidak menemukan ojek,bus,atau angkutan umum lainnya. Akhirnya aku berlarih melewati jalan pintas menuju rumah sakit tempat Aisyah di rawat. Saat aku sampai di rumah sakit terdengar suara jeritan histeris dari kamar Aisyah dan sepertinya itu adalah jeritan suara mbak Ati. Aku terburu-buru menuju kamar Aisyah, aku terlambat, dia sudah pergi untuk selamanya.”Aisyah………!maafin aku Aisyah aku tidak bisa menyelamatkanmu” teriakku saat itu, kemudian datang mas Jaja dia datang untuk menenangkanku dan berkata “ kamu sudah mewujudkan permintaannya Dit, kamu sudah berhasil menyumbangakn satu mendali emas untuk kontingen kita”.
Sehabis kejadian itu, kami mengurus jenazah Aisyah dan lansung membawanya ke Madura untuk di makamkan disana. Aku bisa juara satu dan menjadikan kontingen Madura sebagai juara umum bahkan, aku menjadi pesilat terbaik di kejuaraan ini karena dukungan Aisyah yang begitu besar padaku. Tapi, kini tidak lagi di dunia ini hanya mendali emasnya yang aku simpan dan menemani hari-hariku. Selamat jalan Aisyah semoga kau tenang disana, aku akan terus berjuang mengangkat nama Madura.
Gambar Lucu
Jangan salah, berkembangnya teknologi dan informasi komputer tidak selalu membawa dampak negatif bagi masyarakat. Nyatanya banyak sekali jenis hiburan yang bisa kita dapatkan secara Cuma-Cuma di internet, contoknya Gambar Lucu , Cerita Lucu dan Video Lucu. Semua bisa diakses 24jam sehari, 7hari seminggu, full nonstop, dan yang terpenting gratis. Sayangnya, masihbanyak orang yang belum bisamemanfaatkan internet dengan sebaik-baiknya, paling jauh internet hanya digunakan sebagai alat penghubung ke media sosial. Nah, untuk anda yang membutuhkan hiburan dan masih kebingungan harus mencari kemana, di bawah ini telah kami kumpulka beraeka macam Gambar-Gambar Lucu yang berasal dari berbagai sumber. Selamat menikmati :
KUMPULAN GAMBAR-GAMBAR LUCU 2016
Gambar Lucu 1 |
Gambar Lucu 2 |
Gambar Lucu 3 |
Gambar Lucu 4 |
Gambar Lucu 5 |
Gambar Lucu 6 |
Gambar Lucu 7 |
Gambar Lucu 8 |
Gambar Lucu 9 |
Gambar Lucu 10 |
Gambar Lucu 11 |
Gambar Lucu 12 |
Gambar Lucu 13 |
Gambar Lucu 14 |
Gambar Lucu 15 |
Lucu bukan? Semoga beberapa Gambar Lucu yang sengaja kami kumpulkan untuk anda di atas dapat bermanfaat paling tidak untuk sekedar melupaka sejenak problematika hidup anda. Tertawalah, sebelum tertawa itu dilarang, selama tidak ada yang melarang anda tertawa, tertawalah sepuas hati. Karena perlu anda ketahui, ketika anda tertawa otak secara otomatis menghasilkan hormon dophamin alami ayang akan merefresh kerja sel tubuh yang telah rusak. Terimakasih.
Langganan:
Postingan (Atom)